Monday, March 5, 2012

Kelas Bedah Non Fiksi (20 Februari 2012)

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum wr.wb.
Apa kabar teman-teman tercinta di segala penjuru dunia?
Semoga semua dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Materi hari ini, saya ambil dari hasil diskusi online 1 jurnalistik di group IIDN pusat. Mungkin ada yang sudah ikut, bagi yang belum ikutan diskusi tersebut, inilah resumenya. Semoga bermanfaat.


Resume Diskusi Online 1 Jurnalistik
14 Desember 2011.
Di-Update 15 Februari 2012
Oleh : Rika Tjahyani S.


Topik : Menulis di Media, Gimana, Ya?
           
Tidak semua tulisan yang dimuat di media termasuk karya jurnalistik. Jadi, yang bagaimanakah?
            Jurnalistik. Apa, sih, itu ? Kita tak usah pusing-pusing berteori, berdefinisi. Yuk, ambil mudahnya saja. Koran, majalah, tabloid, radio, televisi sampai banyak website berita di internet adalah sekian contoh dari media jurnalistik.
            Tapi, tak semua tulisan yang dimuat di media cetak, website, tayangan yang tampil di televisi tergolong sebagai karya jurnalistik. Tulisan-tulisan fiksi seperti cerita pendek, cerita bersambung yang dimuat di koran, majalah atau tabloid (ada nggak ya, di tabloid?) tidak masuk dalam golongan karya jurnalistik. Begitu pun dengan tayangan serial teve atau sinetron dan film yang tampil di layar kaca juga cerita dongeng wayang golek di radio.

Syarat 5 W + 1 H
            Karya jurnalistik umumnya berupa informasi nyata yang terjadi di masyarakat. Bisa di dalam negeri juga di luar negeri. Informasi tersebut disampaikan ke masyarakat luas demi kepentingan orang banyak. Kata lain, info tersebut berguna atau bermanfaat, gitu lhoo…! (Karena itulah muncul perdebatan bahwa gosip-gosip kehidupan pribadi selebriti di televisi dianggap bukan karya jurnalistik).
            Berita-berita yang  dimuat di koran atau portal berita kebanyakan berupa hard news. Maksudnya, berita yang terjadi di dunia ini diinformasikan secara singkat, padat, sesuai kejadian. Tidak direka-reka apalagi dikhayal-khayal. Termasuk ditambah-tambahkan opini. Karena itulah dalam jurnalistik rumus 5W (What, Who, When, Where, Why) + 1 H (How)) adalah syarat mutlak yang harus dipegang.

Hard news, apa itu?
            Hard news umumnya disampaikan kepada masyarakat luas lewat media secara cepat. Bisa dalam hitungan detik atau menit (biasanya media yang paling memungkinkan untuk mengirimkan informasi dengan kecepatan seperti ini adalah  portal berita yang bisa diakses lewat internet, televisi, radio). Untuk Koran, majalah biasanya lebih lambat. Hitungannya adalah jam untuk koran atau hari bahkan minggu untuk majalah. Kenapa begitu? Karena Koran dan majalah mengalami proses percetakan yang memerlukan waktu lebih panjang. 
            Contoh hard news yang belakangan paling hot adalah ditetapkannya Miranda Gultom dan Angelina Sondakh sebagai tersangka korupsi oleh KPK. Atau, kecelakaan dahsyat yang menewaskan 9 orang di daerah Tugu Tani, Jakarta. Dan yang terbaru, berita kecelakaan beruntun oleh bus di Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat yang menelan korban 14 orang.
            Coba Anda perhatikan, dalam berita yang disampaikan tersebut, pasti ada unsur 5 W + 1 H, bukan? Kalau kurang satu saja, bukan tak mungkin bibir Anda spontan  berkomentar, ”Berita, kok, gak jelas gini, sih!” Buntutnya, Anda mungkin malas mengakses berita dari media tersebut. Untuk media, ini adalah kerugian. Selain kehilangan kepercayaan masyarakat, juga ditinggalkan pelanggan setia yang bisa berimbas pada menurunnya pendapatan.
            Unsur 5W + 1 H memang menjadi salah satu tolak ukur masyarakat untuk memercayai media penyampai informasi yang dipilih. Karena itu, media berusaha untuk tidak menyampaikan berita bohong, info karangan dan sejenisnya. Para jurnalis atau pekerja media pun dituntut untuk menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran.

Yang tergolong karya jurnalistik
            Selain hard news atau berita, karya lain di media yang tergolong sebagai karya jurnalistik antara lain tulisan features (kalau di media cetak) atau tayangan features yang kadang-kadang ada yang menyebut sebagai ‘teve magazine’. Contohnya, tulisan atau tayangan tentang profil seseorang (bisa tokoh yang dikenal masyarakat atau bukan). Biasanya sang jurnalis mewawancarai langsung nara sumber. Tulisan atau tayangan disajikan berdasarkan hasil wawancara. Ada yang diramu dengan hasil pengamatan penulis, ada pula yang berupa tanya jawab.
            Contoh lain tulisan features adalah tulisan tentang perjalanan (wisata jalan-jalan hingga kuliner); artikel kesehatan. Di majalah femina tempat kerja saya dulu, artikel yang termasuk dalam features antara lain: Liputan Khas (liputan utama); Kisah Sukses, Kisah Sejati, Kisah Cinta, Profil (biasanya bukan orang terkenal), Selebriti, Omong-omong, Oleh-oleh (wisata), Karier, Diet dan Nutrisi, Anda dan dia (psikologi atau relationship); Rupa-rupa, Jujur Saja; Gado-gado (nah, yang ini sepertinya tulisan favorit karena termasuk yang paling sering dibaca termasuk oleh beberapa teman di sini.)    
            Contoh tayangan features di televisi antara lain :
-          Kick Andy di Metro TV (bentuknya wawancara langsung dengan beberapa narasumber yang berhubungan dengan tema yang kali itu tayang); Jelajah hingga Petualangan Si Bolang dan Laptop Si Unyil.
            Bagaimana dengan Cerpen, Cerber di Koran atau majalah, apakah bisa dianggap sebagai karya jurnalistik? Jawabannya tidak. Cerpen dan cerber tidak memegang rumus 5W + 1 H tadi. Tulisan itu pun umumnya dibuat berdasarkan imajinasi, rekaan meski ada juga yang terinspirasi dari kisah nyata. Cerpen dan cerber lebih tepat dikategorikan sebagai karya sastra. 
Oke, ini dulu resume pertama diskusi kita tentang Jurnalistik yang berlangsung 14 Desember 2011 (wahh, lama amat ya…. Gak apa-apa ya… Semoga maklum dengan kendala waktu yang saya hadapi. Yang pasti, info ini dijamin gak ‘basi’ J )

TANYA JAWAB.
Berikut adalah jawaban pertanyaan yang sempat masuk ke saya :
  1. Anna Permatasari wow, keren..Mbak Rika...mau nanya: sebenarnya apa perbedaan antara artikel dgn features? oya, sy suka baca Intisari, Tarbawi dan Trubus... December 14, 2011 at 9:26am.
JAWABAN:
      Dear Mbak Anna, semoga resume di atas bisa menjawab ya… Artikel adalah tulisan yang dimuat di media cetak. Features sendiri adalah jenis karya tulisan yang ditampilkan di media cetak.
  1. Arin- Murtiyarini Iya, Mba Ety Abdul, latar belakang penulis gak nyambung dg yg ditulis gmn ya ? Kadang interest kita berubah pasca kuliah..dsb.
            JAWABAN: 
            Mbak Arin, tidak sedikit jurnalis membuat tulisan yang bertolak belakang dengan latar belakang pendidikan mereka. Saya termasuk salah satu contohnya, hehe... Latar belakang pendidikan saya teknologi pangan. Ketika menjadi jurnalis, saya pernah harus menulis tentang pil KB, HIV-AIDS, gangguan stroke, kekerasan dalam rumah tangga, tata kota, gadget hp terbaru sampai poligami dan masih banyak lagi.
            Sebagai jurnalis, kita harus mau dan mampu menambah wawasan, ilmu sendiri secara kilat. Karena jurnalis selalu dikejar-kejar setan, eh maksudnya deadline, ‘bercumbu’ dengan tenggat. Femina adalah majalah mingguan (satu-satunya majalah wanita mingguan di Indonesia). Waktu itu (bahkan sampai sekarang kalau dapat order tulisan), ya harus ngebut belajar sendiri hal baru sampai ngerti, paham. Kalau tidak paham, bagaimana kita bisa menuliskan, menjelaskannya untuk orang lain?
            Semua itu bisa dilakukan asalkan mau belajar. Caranya, ketika wawancara dengan sang ahli kita sudah menyiapkan bahan pertanyaan. Kalau gak ngerti, jangan malu, gengsi, bertanya ulang. Misalnya, ״Gimana, tadi penjelasannya, Dok ?″ Yang lebih penting lagi, sebelum berangkat wawancara, kita harus punya bekal dulu tentang topik yang akan dibahas. Cari literaturnya di internet, baca di koran dan sejenisnya.
  1. Sri Widiyastuti mungkin bisa ditambahkan berapa karakter tulisan untuk mengirim ke media? December 14, 2011 at 11:23am ·
            JAWABAN:
            Mbak Sri, kalau maksud pertanyaannya berapa panjang tulisan, kita bisa perhatikan kebiasaan media tersebut. Misalnya, berapa halamankah? Untuk majalah femina, sekarang biasanya artikel features kecuali Liputan Khas, ditampilkan secara singkat padat. Umumnya dua halaman majalah. Kalau diketik di komputer (MS word) menggunakan huruf ARIAL, ukuran huruf 12, biasanya maksimal sekitar 3 – 4 halaman, spasi tunggal.
            Untuk artikel Gado-gado : panjang tulisan maksimal 2 halaman (arial 12, spasi tunggal. Setahu saya ini pakem yang masih dipakai femina sampai sekarang).
            Kalau pertanyaan karakter berupa bentuk, gaya tulisan, nanti akan dibahas di BAGAIMANA MENEMBUS MEDIA.Boleh ya..?? Jadi disimpen dulu pertanyaannya ^_^ 
  1. Arin- Murtiyarini Mba Rika, mgk dg alasan trust itu juga ya majalah XX mengubah tulisan kiriman pembaca jd bentuk wawancara dg si pengirim tsbt tp penulis yg tampil si redaktur. Begitukah ? maksudku tulisan dr pembaca tampil dg nama redaktur, atas hasil wwcr dg pembaca tsbt..pdhl tulisannya sih gak jauh dr yg dikirim tadi.. Ini ada bbrp kasus mba Rika, dimuat, editan tidak banyak, tapi nama yg tampil adalah redaktur. Penulis seolah-olah sbg narasumber. December 14, 2011 at 11:25am via ·
JAWABAN:
            dear Arin, Editor di majalah biasanya memang akan mengedit tulisan dari luar. Namun biasanya tulisan yang diedit diusahakan tidak merombak banyak. Kalau banyak yang dirombak, pengalaman saya, biasanya, sih, tulisan itu sudah pasti gak bakal saya loloskan. Kalau memang topiknya menarik, tapi tulisan perlu tambahan, penulis bisa dihubungi oleh sang editor untuk merevisi. Dengan catatan, kalau editornya rajin, gak lagi sibuk, gak dikejar deadline. Kebanyakan sih, tulisan yang dikirim itu akhrnya jadi tidak lolos terbit. Alias, maaf, masuk tempat sampah.
            Kalau tulisan itu akan dirombak, atau di rewrite oleh editor, etikanya sang editor ikut mencamtumkan nama penulis naskah kiriman tersebut di sebelah namanya. Jadi, menjadi penulis bersama. Naskah kiriman dianggap bahan tulisan, dan penulisnya ikut diakui sebagai penulis dengan ikut dicantumkan namanya dan selanjutnya diberi honor ^_^
            Kalau hanya editing susunan bahasa, mengubah atau memperbaiki judul, catcher, sub judul, atau sedikit redaksional (misalnya kurang dari 10 kalimat), pantasnya, sih, yang dicantumkan adalah nama penulis, bukan nama editor. Sebagai editor, malu, dong, ngaku-ngaku tulisan orang lain sebagai tulisan diri sendiri. Itu etikanya. February 8 at 11:40am ·

Sekian resume pertama ini. Semoga bermanfaat. Salam, rika :)

Oiya, ini ada kiriman tulisan keren dari Ibu cantik, Bunda Chemy. Kita bedah bersama ya. Silakan komen jika ada masukan dan saran terhadap tulisan berikut. InsyaAllah nanti malam saya simpulkan hasil bedah kita hari ini. Terima kasih ya ^_^ 
Feature Perjalanan


KEMPING PART 2 AT DIBBA, MUSANDAM PENINSULLA OMAN
Ajakan berkemah datang lagi!. Masih hangat terasa sensasi seru nya berkemah di emphty quarter yang kami lakukan bulan lalu. Kini Indo emirates-sebuah wadah untuk komunitas WNI di Ruwais Abudhabi- mengundang para anggotanya untuk berkemah ke lokasi yang lebih jauh lagi, melintasi Negara UAE. Ke Oman lah kami akan berangkat, singgah dan berkemah. Berbekal pengalaman sewaktu di Liwa kali ini persiapan yang kami lakukan lebih matang, demi kenyamanan saat berkemah nanti. Tenda yang lebih besar supaya tidur tak berdesakan, selimut yang lebih banyak, bantal-bantal dan makanan-makanan kecil.


D’ Campingers
Awalnya peserta yang mendaftarkan diri untuk kegiatan berkemah kali ini sama seperti berkemah di Liwa bulan lalu yaitu sekitar 14 keluarga. Namun ketika waktu keberangkatan tiba peserta yang fix berangkat tinggal tersisa 7 keluarga. Sebelum keberangkatan kami mengadakan pertemuan-pertemuan untuk mematangkan persiapan. Cuaca yang akhir-akhir ini sangat dingin dan seringnya badai debu membuat banyak penduduk Ruwais yang terkena sakit flu dan batuk bahkan chicken pox dan informasi dari berita-berita di media massa yang menyebutkan bahwa Fujairah UAE lokasi yang terdekat dengan Dibba Oman sangat dingin bahkan di beberapa puncak bukit batu turun hujan salju, akhirnya dengan alasan-alasan tersebut membuat beberapa keluarga memutuskan untuk tidak berangkat.

Akhirnya inilah kami, D’Campingers, para penyuka kemping, 7 keluarga dan satu orang bachelor yang berangkat untuk berkemah di Musandam Dibba, Oman. Seperti bulan lalu, waktu keberangkatan terbagi dua term. Hari pertama berangkat kamis 9 februari pukul 5 sore, di kloter pertama ini 4 keluarga yang berangkat yaitu keluarga Herry Sadewo, Partondo Catur Nugroho dan Agus Haryanto, sedangkan keluarga Mardian Purwanto (presiden Indo emirate) sudah berangkat di pagi hari karena ada kepentingan pribadi mampir terlebih dahulu di Abudhabi. Kloter kedua berangkat jum’at 10 Februari pukul 9 pagi dengan 3 keluarga yaitu, kami (lukman Setiawan), Amrizon, Darmadi Miswan dan satu orang bachelor yaitu Zamrony.

Kloter yang berangkat di hari pertama terlebih dahulu bermalam di Sharjah, mereka datang di hotel sekitar pukul 22.30. Hotel yang dipilih lumayan dekat dengan lokasi perkemahan Dibba Oman yaitu “hanya” berjarak sekitar kurang lebih 55km. Sedangkan yang berangkat di hari kedua langsung menuju ke tempat lokasi perkemahan Dibba, Oman.

Dibba, Kota Dua Negara dan Dua wilayah Emirate
Kami berangkat di kloter kedua yaitu di hari jum’at pukul 9 pagi, dari Ruwais langsung menuju Oman dengan tiga mobil konvoi beriringan. Jarak antara Ruwais dan Dibba Oman kurang lebih sekitar 400km. Perjalanan relative lancer, kami singgah di beberapa petrol (pom bensin). Dan berhenti di daerah Al Dhaid untuk melaksanakan sholat jum’at. Hal yang mencolok dari petrol-petrol di kota-kota Dubai, Abudhabi dan Sharjah yang sering kami kunjungi dengan daerah-daerah kota kecil yang kami singgahi sepanjang perjalanan ini adalah kebersihan toilet. Di kota-kota besar Dubai, Abudhabi dan sharjah, Toilet-toilet yang terdapat di petrol sangat terjaga kebersihannya sedangkan di kota-kota kecil yang kami singgahi toilet kurang bersih dan tak terawat, di tambah lagi tak ada kloset duduk hanya ada kloset jongkok, mengingatkan saya pada toilet-toilet umum di Indonesia.

Dibba adalah kota yang unik dengan kepemilikan dua Negara dan 3 ruled (pemerintahan) yang terdi dari; Dibba Al-Fujairah yang berada dibawah pemerintahan Fujairah UAE, Dibba Al-Hisn yang berada dibawah pemerintahan Sharjah UAE serta Dibba Al-Bayya yang berada dibawah pemerintahan Musandam Oman. Menurut laman guardian.co.uk, Oman termasuk ke dalam daftar 12 negara yang wajib dikunjungi tahun 2012, dan daerah yang di rekomendasikan selain muscat adalah Musandam Peninsula, Dibba adalah salah satu wilayah Musandam Peninsula. Oman pantas di rekomendasikan karena Negara ini masih dibalut oleh kearifan lokal, kental dengan nuansa tradisi dan budaya setempat. Sangat berbeda dengan Negara tetangganya yaitu UAE yang serba artificial.

Perjalanan kali ini sangat berbeda dengan perjalanan berkemah di Liwa, apabila di Liwa di sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan gurun pasir yang indah dan misterius maka di sepanjang perjalanan menuju Dibba kami disuguhi oleh hamparan Rock mountains (gunung-gunung batu). Gunung-gunung batu yang terjal di kanan-kiri jalan berdiri kokoh dan menjulang tinggi. Semakin ke dalam kami seakan di kepung oleh Rock hills (bukit-bukit batu), jarak antara badan jalan dan Rock hills sangat dekat hanya sekitar 5 meter saja.

Kami tiba di perbatasan UAE dan Oman, check point pemeriksaan imigrasi Alhamdulillah kami lewati dengan lancar. Namun tiba-tiba rombongan kami tertahan, Zam rony yang ikut di kendaraan pak Darmadi di tegur oleh petugas imigrasi karena kedapatan mengambil foto, kami lupa memberi tahu nya bahwa perbatasan antar Negara tidak boleh ambil foto. Maka tanpa ampun lagi petugas imigrasi merampas kamera dan menghapus foto lokasi perbatasan.

Kami tiba di kota Dibba pukul tiga sore, sebelum bergabung dengan teman-teman dari kloter pertama yang telah tiba terlebih dahulu di lokasi perkemahan, kami singgah terlebih dahulu di fish market, membeli ikan untuk makan malam kami nanti. Dibba Al-Bayya memang kota maritim, kota nelayan, ikan-ikan segar yang baru ditangkap terjaja di bibir pantai, perahu-perahu nelayan tertambat, para bangla (Bangladesh) yang bekerja untuk para tuan pemilik kapal lalu lalang sibuk dengan kegiatannya.

Hmmmm saya sejenak menghirup udara laut yang fresh, ya udara laut Dibba masih fresh belum terkontaminasi polusi, tak ada cerobong-cerobong asap pabrik-pabrik kimia disini. Maka biota laut pun masih banyak bermacam dijumpai, bahkan burung-burung laut dengan berbagai jenis masih bisa di jumpai. Burung-burung itu terbang berbaris rapi dengan formasinya, kadang mendarat di bibir pantai seakan melihat hiruk pikuk keramaian orang-orang yang sedang bertransaksi membeli ikan.

Kemudian ingatan saya melompat jauh beribu kilometer ke desa tempat asal kelahiran, sebuah desa nelayan yang kini berubah menjadi kota, Pantai Anyer Serang Banten. Apa kabar Pantai Anyer? Apa kabar para Nelayan Anyer? Ahhhhh aku tersenyum ironi.

Full Moon at Dibba
Kami datang di lokasi perkemahan pukul lima sore, tenda kami sudah terpasang, teman dari kloter pertama keberangkatan yang berbaik hati memasangkan tenda untuk kami. Kami bersiap untuk makan malam, ibu-ibu memasak dan mengolah ikan yang tadi kami beli. Sebelum waktu makan malam datang dan sambil menunggu bahan makanan diolah kami menyantap bakso yang sudah kami persiapkan dari rumah. Bapak-bapak menyiapkan kayu bakar untuk keperluan barbeque dan api unggun. Anak-anak? Mereka tanpa dikomando langsung bermain pasir dan mendekat ke bibir pantai.

Lokasi tenda kami dekat dengan bibir pantai, hanya berjarak 20 meter saja, kami sengaja menghindari bukit batu karena khawatir bila tiba-tiba kami tertimpa batu yang jatuh dari atas bukit. Kami punya “tetangga” kemah, di sebelah kanan adalah sekelompok bule, di sebelah kiri adalah sekelompok philipina atau Thailand, entahlah. Pantai ramai kala itu, ada yang bermain paralayang, memancing, berenang dan lain-lain.

Cuaca memang mendukung saat itu, relative hangat sekitar 25 derajat ketika sore hari dan 20 derajat di malam hari. Apa yang kami khawatirkan tentang dingginnya cuaca sama sekali tak terbukti, Alhamdulillah.

Ketika malam datang kami bersiap di tengah api unggun untuk menyantap makan malam sambil menunggu datangnya bulan. Dan bulan pun perlahan, bagai muncul dari tengah lautan, bulat sempurna perlahan naik, kemudian membentuk seberkas sinar vertical lurus berwarna keemasan, seperti sebuah jembatan di permukaan air laut, semua mengucap asma Allah demi melihat pemandangan yang menakjubkan ini,

Subhanallah, tak terkira rasa syukur kami berkesempatan melihat salah satu ayat Tuhan di Alam semesta ini.
Pukul 11 malam rasa kantuk datang kami pun satu persatu masuk ke dalam tenda masing-masing, menarik selimut dan terlelap.

Pasar Jum’at
Shubuh menjelang, para penghuni tenda satu persatu keluar, bagai ulat yang keluar dari kepompong. Semua bergegas ke toilet yang berjarak sangat dekat dengan tenda. Setelah sholat kami bersiap untuk sarapan. Anak-anak pun terbangun di pagi hari, mereka langsung berlari kepantai, tak ada gurat lelah di wajah mereka, hanya keceriaan yang terpancar.

Setelah sarapan selesai kami bersiap-siap packing kembali untuk pulang, besok kami harus kembali beraktivitas, bapak-bapak bekerja dan anak-anak sekolah.
Dalam perjalanan pulang kami mampir ke pasar jum’at, sebuah pasar di Fujairah UAE, pasar ini mengingatkan saya pada deretan kios-kios di puncak pass Bogor Indonesia. Kios-kios pasar jum’at menjajakan aneka buah-buahan yang fresh, mainan anak-anak, handycraft, dan karpet-karpet sutra iran yang indah.

Apa yang Kami Cari?
Seorang teman bertanya kepada saya, “untuk apa bersusah-susah kemping?, seneng banget sih kemping?, well saya juga bingung, terus terang tak bisa mendeskripsikan kesenangan saya secara akurat. Kecuali rasa rindu akan kebersamaan yang terjalin hangat, menyaksikan indahnya alam yang murni, menyaksikan begitu banyak ayat-ayat Tuhan di alam semesta ini. Maka rasa syukur tak terhingga akan senantiasa tertanam didalam hati.

Berkemah juga adalah salah satu hal yang bisa menumbuhkan rasa emphaty dan mengasah rasa peri kemanusiaan yang seringkali terkikis, tergerus oleh dunia artificial yang setiap hari kita hadapi. Bagi saya khususnya adalah menanamkan rasa awareness untuk anak-anak saya yang setiap hari disuguhi oleh kenyamanan dalam hidupnya. Setidaknya kami memberikan pandangan bahwa ada dunia lain selain di rumah yang serba ada dan di beranda rumahmu yang serba nyaman, ya saya ajak anak-anak untuk keluar dari zona nyaman mereka.

“Bunda, Ayah thankyou for camping, kalo libur sekolah kita pergi kemping lagi ya?!” ujar anakku, “inshaallah sayang, inshaallah” jawabku.
Februari, 10-11 2012

Catatan : Maaf jika spasi terlihat tidak teratur, sudah dicoba edit, tapi si FB nggak mau berubah euy :)
Kesimpulan hasil diskusi :
1. Tulisan Bunda Chemy termasuk jenis feature perjalanan.
2. Tulisan sudah enak dibaca, hanya ada beberapa penulisan yang harus diperbaiki sesuai  EYD. Misalnya : untuk istilah asing, gunakan huruf italic atau cetak miring
3. Jika ingin dikirim ke media, perhatikan dulu kekhasan dari media yang dituju.
    Misalnya : Jika rubrik travelling,  jalan-jalan dan sejenisnya, biasanya harus dilengkapi foto.
4. Jempol buat Bunda Chemy dan semua yang hadir di kelas ini.
Mohon maaf jika banyak kekurangan, kita tutup dengan "Alhamdulillah".
Sampai jumpa Senin, pekan depan. InsyaAllah.
Terima kasih,
Ida Fauziah

No comments:

Post a Comment