Thursday, February 2, 2012

Tips Menulis Buku yang Diterbitkan Gramedia


Oleh : AKBAR ZAINUDIN
Penulis buku motivasi Best Seller: “Man Jadda Wajada: The Art Of Excellence Life”,

Salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan saat saya mengisi pelatihan motivasi Man Jadda Wajada adalah bagaimana menulis buku yang bisa diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU). Pertanyaan ini sering dilontarkan terutama oleh para peserta yang hobi menulis.
Terus terang ngga mudah untuk menjawabnya. Karena pihak Gramedia tentu saja mempunyai banyak pertimbangan yang secara internal menjadi kebijakan mereka dalam menerbitkan buku. Tetapi sepanjang interaksi saya dengan mereka, saya mencoba menggambarkan pengalaman saya bagaimana menulis naskah buku, dan berhubungan dengan Penerbit, khususnya Penerbit Gramedia.
Penerbit Gramedia mempunyai beberapa persyaratan umum yang nampaknya menjadi standar baku penilaian setiap naskah. Dalam pandangan saya, beberapa hal ini juga berlaku umum hampir di semua penerbitan. Beberapa persyaratan umum itu, di antaranya adalah:


Pertama, naskah harus asli, bukan jiplakan, dan hak ciptanya ada di tangan penulis, artinya naskah itu belum dijual kepada pihak lain. Hindari plagiarisme karena itu menjadi musuh bersama di kalangan industri kreatif, termasuk di dalamnya industri penerbitan.

Kedua, naskah bersifat umum, tidak mengandung pelecehan yang bersifat SARA, ataupun sifatnya melakukan provokasi tertentu. Dengan demikian, diharapkan naskah tidak terlalu spesifik pada satu hal tertentu. Salah satu pertimbangan utama tentu saja adalah pasar, jika terlalu spesifik akan sulit mengejar oplah ekonomis dari sebuah buku yang diterbitkan.

Ketiga, matrik penilaian sebuah buku layak diterbitkan atau tidak setidaknya mempunyai dua sisi: sisi pertama adalah sisi kualitas sedangkan sisi lain adalah sisi pasar. Dari sisi kualitas, penerbit akan melihat kualitas buku kita dari beberapa hal, mulai dari sistematika penulisan, gaya bahasa dan gaya tutur, hingga kualitas “isi” atau konten dari apa yang ingin diungkapkan. Buku-buku dengan kualitas tinggi akan menjadi prioritas utama dibandingkan dengan buku-buku berkualitas rendah.
Penilaian tentang kualitas ini memang subyektif dan hak preogratif tiap-tiap penerbit. Tentu saja pertimbangan penerbit tentang kualitas ini sebagai orang luar kita hanya bisa menduga-duga. Tetapi setidaknya dengan membaca kecenderungan tiap-tiap penerbit, akan lebih memahami arah dari masing-masing penerbit seperti apa.
Dari sisi lain matrik penilaian selain kualitas adalah potensi penyerapan pasar. Penerbit akan melihat seberapa besar kira-kira buku ini akan laku di pasaran. Pertimbangan pasar ini menjadi sangat penting dan menjadi salah satu pertimbangan utama. Jika penerbit melihat sebuah buku mempunyai potensi besar untuk laku di pasar, maka buku itu hampir pasti akan diterbitkan.

Keempat, setiap penerbit mempunyai gaya dan kecenderungan masing-masing untuk buku-buku yang diterbitkan. Ada yang konsentrasi untuk buku-buku bacaan umum, buku-buku komputer, buku-buku ajar di perkuliahan, buku-buku cerita, dan lain sebagainya. Biasanya, jika materinya terlalu spesifik, akan diarahkan ke grup penerbit yang memang menerbitkan buku-buku spesifik. Cara paling mudah melihatnya adalah dengan melihat buku-buku terbitan dari penerbit bersangkutan, tentu sekilas kita bisa mengetahui ke mana arah penerbitannya.

Nah, Bagaimana Biar Naskah Diterima?
Beberapa tips berikut ini mungkin berguna agar naskah kita bisa diterima penerbit.

Pertama, yakinkan diri kita terlebih dahulu, kita menulis buku ini untuk apa. Apa motivasi kita menulis buku ini. Ada yang ingin menyebarkan ide-ide yang selama ini terpendam, ada yang ingin membuatnya sebagai bahan ajar, ada yang ingin royalty, ada yang ingin terkenal, dan lain sebagainya.
Menjawab pertanyaan ini penting karena selain akan menjadi pertanyaan standar dari penerbit, jika buku ini jadi diterbitkan juga akan menjadi pertanyaan standar dari para pembaca. Bagi saya, seorang penulis biasanya mempunyai idealisme yang tinggi mengapa naskahnya ingin diterbitkan. Ada berbagai misi yang membuatnya bekerja keras menuliskan naskah tersebut menjadi buku yang siap diterbitkan. Dengan keyakinan dan motivasi inilah kemudian membuat kita sebagai penulis akan lebih mudah untuk meyakinkan diri sendiri dan orang lain tentang apa yang ingin kita lakukan dengan buku tersebut.

Kedua, mulailah dengan sebuah pertanyaan, jika pembaca selesai membaca buku ini, apa yang mereka dapatkan? Apa yang diharapkan atau tujuan apa yang ingin dicapai dari buku ini? Pertanyaan ini juga mesti dijawab tuntas karena sekali lagi menentukan tema apa yang akan kita tonjolkan dalam materi promosi.
Secara teknis, kalau mau bikin iklan di brosur atau cover belakang buku misalnya, adalah selalu jawaban dari pertanyaan tersebut di atas. Brosur ataupun iklan di media massa misalnya, juga menjawab pertanyaan di atas. Jika jawabannya tidak jelas, maka kita akan kesulitan menentukan “positioning” buku tersebut di pasar.
Teknis lain misalnya kalau mau bedah buku. Kalau kita tidak memposisikan buku kita dengan jelas, akan menyulitkan tema apa yang mau kita tonjolkan dalam sebuah acara bedah buku. Padahal, tema itulah yang menjadi “jualan” utama dari acara tersebut.
Jadi, perlu dipikirkan masak-masak, apa yang kita inginkan setelah para pembaca selesai membaca buku kita. Karena itu, baik juga sebelum naskah ini diterbitkan, kita kirimkan kepada kawan-kawan kita untuk membaca naskah tersebut. Kita kirimkan bukan kepada para penulis, tetapi orang-orang yang memang potensial untuk menjadi calon pembaca kita. Gali dari mereka review dan juga catatan apa saja kekurangan dari naskah buku kita, dan apakah mereka bisa merasakan atau mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang kita inginkan setelah selesai membaca.
Mendapatkan umpan balik dari calon pembaca ini penting mengingat saat buku ini sudah diterbitkan, efek “getok tular” atau bahasa pemasarannya “word of mouth” ini menjadi penting sekali. Jika orang yang sudah membaca mendapatkan manfaat sesuai dengan apa yang kita inginkan, dengan senang hati ia akan memberikan rekomendasinya kepada orang lain. Dan rekomendasi dari orang-orang yang dikenal itu biasanya lebih mudah diterima karena lebih dipercaya.
Target kita sebagai penulis adalah, saat orang selesai membaca, tanpa disuruh ia akan memberikan rekomendasinya kepada orang lain untuk membeli buku kita. Jika itu bisa kita lakukan, maka buku itu akan lebih mudah dipasarkan.

Ketiga, karena pentingnya faktor potensi pasar, sebagai penulis kita mesti juga memetakan kira-kira yang akan membaca buku kita ini siapa. Setelah ketemu kelompok potensial yang akan menjadi pembaca, sedapat mungkin kita bisa melakukan semacam penghitungan secara kasar berapa orang yang potensial menjadi pembaca buku kita. Penghitungan ini penting untuk membantu pihak penerbit melakukan proyeksi kira-kira buku ini laku atau tidak di pasaran.
Memetakan siapa pembaca kita juga membantu kita untuk menulis berdasarkan gaya tutur yang sesuai dengan pembaca kita. Karena bagaimanapun, akan berbeda gaya tutur untuk remaja dengan gaya tutur untuk dewasa. Kesalahan dalam memetakan konsumen pembaca akan menyulitkan dalam program pemasaran buku tersebut nantinya.
Yang paling mudah misalnya, nanti cover bukunya seperti apa. Tentu saja cover buku untuk buku-buku serius akan berbeda dengan cover buku untuk buku-buku yang lebih ringan. Buku-buku untuk kalangan dewasa, berbeda dengan buku-buku untuk kalangan remaja.

Keempat, jangan ragu untuk menginvestasikan waktu dalam memasarkan buku. Yang paling banyak tentu saja adalah bedah buku. Hubungi perbagai organisasi, lembaga pendidikan, perpustakaan, toko buku, café, yang mau kerjasama untuk bedah buku. Dengan demikian buku kita sedikit demi sedikit akan mulai dikenal.
Pada banyak kasus, buku ini juga digunakan sebagai materi pelatihan. Karena itulah, buku ini bisa berjalan berbarengan dengan program pelatihan yang dijalankan. Ini seperti pepatah “sambil menyelam minum kopi”, sambil pelatihan, sekaligus memperkenalkan buku kita. Tentu saja tidak semuanya bisa menjadi instruktur, tetapi dengan latihan terus menerus, setidaknya lebih mudah bagi kita untuk membagi apa saja yang ada dalam buku kita.

Kelima, jangan lupa berdoa dan minta didoakan dari orang-orang di sekeliling kita, dari orang-orang yang kita kenal. Karena sesungguhnya pasar itu sungguh sulit untuk ditebak. Kita tidak pernah tahu apakah buku kita laku atau tidak, kecuali kalau sudah dilempar ke pasar. Yang penting jangan pernah putus asa dan harapan, selalu berusaha dan optimis, karena Tuhan akan membalas kerja keras kita..
Sukses buat Anda semua, Salam Man Jadda Wajada.


AKBAR ZAINUDIN   ZAINUDIN
Penulis buku motivasi Best Seller: “Man Jadda Wajada: The Art Of Excellence Life”, Penerbit Gramedia, Jakarta, 2010.

No comments:

Post a Comment